bandunginfo.com - Di era digital saat ini, pemanfaatan platform media sosial telah menjadi salah satu strategi yang efektif dalam memajukan bisnis. Yuli Sri Nuraeni, seorang pengusaha asal Cileunyi, Kabupaten Bandung, berhasil membangun dan mengembangkan bisnis camilan basreng (baso goreng) dengan brand Basreng Sultan melalui pemanfaatan fitur live di media sosial.
Berawal pada tahun 2020 setelah pandemi COVID-19, Yuli memulai bisnis camilannya secara sederhana. Awalnya, produk Basreng Sultan dipasarkan secara tradisional ke grosir-grosir lokal di Bandung. Namun, kenaikan harga minyak goreng pada tahun 2021 memukul usahanya, dan ia harus berpikir keras untuk mempertahankan bisnisnya. Yuli kemudian memutuskan untuk mengalihkan fokus penjualannya ke platform daring, memulai dengan WhatsApp, dan berlanjut ke media sosial lain seperti Instagram.
“Jualan online di WhatsApp, kemudian di Instagram, alhamdulillah laku keras. Itu belum masuk ke Shopee dan TikTok, kita masih fokus jual ke reseller dulu. Dengan modal awal Rp 280 ribu, setelah ada reseller, kita punya modal lebih untuk berkembang hingga akhirnya masuk ke Shopee,” ungkap Yuli.
Keberhasilan Yuli tak hanya dirasakan di Indonesia, namun reseller pertamanya justru berasal dari Taiwan. Saat ini, produksi Basreng Sultan semakin berkembang dengan puluhan karyawan yang membantu dalam berbagai proses seperti pengemasan hingga penjualan langsung melalui fitur live di media sosial. Yuli memanfaatkan tenaga kerja lokal, terutama lansia, untuk membantu meningkatkan produksi dan memperluas jangkauan bisnisnya.
Live streaming di media sosial terbukti menjadi salah satu faktor kunci dalam kesuksesan bisnis ini. Yuli menjelaskan bahwa sekitar 80 persen penjualan berasal dari sesi live, bukan hanya dari video promosi biasa. “Live dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, dan itu sangat membantu penjualan,” tambahnya.
Dengan kapasitas produksi mencapai 120 ton per bulan, Basreng Sultan telah menjadi salah satu camilan yang paling diminati. Selain basreng, Yuli juga memproduksi berbagai jenis camilan lainnya, seperti usus, tempe krispi, baso aci, dan basreng mentah, dengan harga yang terjangkau mulai dari Rp 6 ribu hingga Rp 60 ribu.
Tidak hanya fokus pada ekspansi daring, Yuli juga ingin membuka cabang fisik di beberapa daerah dalam waktu dekat. Ia juga menjalin kerja sama dengan sekitar 15 UMKM lokal, memberdayakan masyarakat sekitar, serta memberikan lapangan kerja bagi warga, khususnya lansia.
Nama Basreng Sultan dipilih dengan harapan branding yang kuat, mudah diingat, dan memiliki daya tarik yang besar. Yuli berharap, ketika orang menyebut kata "sultan," mereka tidak hanya mengingat figur publik terkenal, tetapi juga Basreng Sultan sebagai camilan favorit.
Meski menghadapi berbagai tantangan seperti kompetitor dan sumber daya manusia (SDM), Yuli tetap optimis dan fokus pada kualitas produk. Ia percaya bahwa konsistensi dalam menjaga rasa dan kualitas adalah kunci untuk terus berkembang.