Modal Bukan Kendala Utama untuk Menjadi Eksportir: Pentingnya Pengetahuan dalam Mengembangkan Bisnis
img
  • 226x Dilihat
  • Ekonomi dan Bisnis
  • 17 Sep 2024

bandunginfo.com - Pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) sering menghadapi tantangan dalam permodalan ketika berusaha meningkatkan skala usaha mereka dan memasuki pasar ekspor. Namun, pandangan ini berbeda menurut Peneliti Perdagangan Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad), Arief Bustaman, dalam acara Indonesia Exim Bank Goes To Campus baru-baru ini.

Arief Bustaman mengungkapkan bahwa tantangan utama bagi pelaku UMKM dalam memulai bisnis ekspor bukanlah modal, melainkan pengetahuan mengenai bisnis yang mereka jalankan.

"Modal bukanlah masalah utama bagi para entrepreneur; yang lebih penting adalah pengetahuan tentang bisnis yang mereka tekuni," ujarnya.

Arief menekankan bahwa untuk menjadi eksportir yang sukses, pelaku usaha harus memiliki pemahaman mendalam mengenai bisnis dan, yang terpenting, memiliki jiwa wirausaha. "Jiwa wirausaha terbentuk melalui pencarian peluang, inovasi, pertumbuhan bisnis, dan visi jangka panjang," tambahnya.

Lebih lanjut, pelaku usaha perlu memahami beberapa landasan dalam bisnis ekspor, seperti pemilihan produk, menjalin mitra bisnis yang tepat, dan melakukan kajian pasar yang dituju. Arief juga mencatat bahwa memulai bisnis ekspor tidak harus bergantung pada komoditas bermodal besar seperti batu bara atau minyak sawit mentah (CPO).

"Pasalnya, peluang bisnis ekspor saat ini terdapat dalam rantai pasok global. Kita bisa memulai dari produk di sekitar kita yang memiliki nilai jual," jelas Arief. Sebagai contoh, industri sapu dan sikat yang menggunakan bahan baku serat alam seperti kelapa dan sorgum, yang telah menjadi komoditas ekspor ke sejumlah negara di Eropa.

Analis Kebijakan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Muhammad Afdi Nizar, menambahkan bahwa ekspor komoditas industri kreatif menunjukkan tren peningkatan selama tiga tahun terakhir. "Generasi muda dapat berperan sebagai pelaku usaha berorientasi ekspor melalui produk-produk industri kreatif," ujarnya.

Afdi memberikan contoh bahwa nilai ekspor barang perhiasan berbahan baku emas, perak, dan tembaga mencapai US$104,7 juta pada 2023, tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$83,4 juta. "Produk industri kreatif ini mayoritas diekspor ke negara-negara seperti Swiss, Amerika Serikat, Singapura, dan Arab Saudi," katanya.

Sementara itu, Ekonom Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Donda Sarah, menambahkan bahwa LPEI berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan UMKM dalam kegiatan ekspor. "LPEI tidak hanya mendukung ekspor dari sisi pembiayaan, penjaminan, dan asuransi, tetapi juga melalui jasa konsultasi bagi pelaku usaha dan UMKM," jelasnya.

Dengan jasa konsultasi ini, pelaku usaha bisa memperoleh modal utama untuk berbisnis di pasar ekspor, yaitu pengetahuan, akses pasar, business matching, dan handholding.

Related Post