Mengenal Kesenian Reak: Warisan Budaya Cileunyi yang Penuh Nilai Sejarah
img
  • 489x Dilihat
  • Budaya dan Pariwisata
  • 25 Sep 2024

bandunginfo.com - Kesenian Reak merupakan salah satu warisan budaya khas dari Cileunyi yang beranggotakan sepuluh orang, terdiri dari satu barongan, dua penari kuda lumping, dan tujuh pemusik. Meskipun pada awalnya Reak juga sempat menggunakan angklung sebagai salah satu alat musik utama, komposisi musik yang digunakan dalam pertunjukan Reak kini lebih bervariasi. Di Cileunyi sendiri, terdapat sekitar 52 grup Reak, dengan Reak Juarta Putra yang menjadi grup tertua di wilayah tersebut. Selain Juarta Putra, terdapat juga grup Reak bernama Maska yang didirikan pada era 1970-an hingga 1980-an. Grup Maska mendapatkan pengaruh kuat dari Aki Rahma, salah satu tokoh penting dalam perkembangan seni Reak.

Menurut catatan sejarah, kesenian Reak yang dipopulerkan dan dikembangkan oleh Abah Juarta memiliki empat aliran utama, yaitu aliran Juarta, Rahma, Kurdi, dan Enjoh. Kesenian ini mulai muncul dan berkembang ketika Cileunyi dan Cibiru masih menjadi bagian dari kawasan Ujung Berung. Keunikan pertunjukan Reak terletak pada penggunaan berbagai alat musik tradisional, termasuk alat musik tabuh dogdog, yang menjadi salah satu ciri khasnya. Dalam setiap pementasan, suasana semakin meriah dan megah dengan adanya sepasang penari kuda lumping yang turut menghidupkan kesenian ini.

Related Post