bandunginfo.com – Kalau tidak unik, bukan Juwanda namanya. Bakal Calon Wali Kota Bandung dari Partai Golkar ini memiliki cara tersendiri dalam meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya, salah satunya adalah dengan mengenakan kostum Batman. Juwanda, yang dikenal sebagai orang kreatif di balik kesuksesan Ridwan Kamil dalam menahkodai Kota Bandung dan Jawa Barat, kini siap terjun ke dunia politik dan meramaikan bursa bakal calon Wali Kota Bandung dari Partai Golkar. Pria yang akrab dipanggil Kang Ajun ini mengaku ada sejumlah keresahan yang memotivasinya untuk terjun langsung dalam Pilkada 2024. "Bandung sedang tidak baik-baik saja," ujarnya saat berkunjung ke Kantor Jabar Ekspres, Senin (29/7).
Kostum Batman yang dikenakan Kang Ajun juga merupakan simbol dari jawaban atas kondisi Kota Bandung saat ini. "Kota Bandung sempat dijuluki Gotham City. Butuh kehadiran seorang Batman untuk memecahkan segudang masalahnya," sambungnya. Julukan Gotham City muncul karena angka kriminalitas yang tinggi di Kota Bandung, yang didukung oleh sejumlah masalah perkotaan seperti infrastruktur Penerangan Jalan Umum (PJU) yang minim sehingga membuat jalanan kota gelap. Kriminalitas juga disebabkan oleh desakan ekonomi masyarakat serta kurang tersalurnya hobi masyarakat karena minimnya fasilitas.
Sebagai anggota Tim Akselerasi Pembangunan (TAP), Kang Ajun semakin resah dengan kondisi pembangunan di Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyoroti taman yang kurang terawat dan minimnya pembangunan infrastruktur publik yang ramah dan nyaman untuk masyarakat. "Saya pernah lari keliling kota sekitar 24 kilometer untuk melihat pembangunan di Bandung, tapi tidak menemukan," tuturnya. Atas kegundahan inilah, Kang Ajun termotivasi untuk turut serta dalam perebutan kursi di Pilkada 2024.
Kang Ajun tidak datang dengan tangan kosong. Ia memiliki segudang solusi untuk menuntaskan berbagai masalah yang ada di Kota Bandung. Misalnya, untuk menuntaskan masalah birokrasi yang korup, Kang Ajun akan menekankan transparansi publik dengan sentuhan digitalisasi, menciptakan sistem untuk menekan praktik-praktik korupsi. Untuk mengatasi masalah kemacetan, Kang Ajun punya tiga tahapan strategi: jangka pendek dengan penertiban dan penataan parkir serta Pedagang Kaki Lima, jangka menengah dengan pembangunan transportasi publik yang ramah dan menarik, seperti Bus Rapid Transit (BRT) yang nyaman dengan sistem pembayaran kekinian, serta memastikan masyarakat memiliki alasan logis untuk menggunakan kendaraan umum.