Alasan Pemilihan Pesohor Tanpa Rekam Jejak Politik untuk Pilkada
img
  • 206x Dilihat
  • Politik
  • 24 Jul 2024

bandunginfo.com - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun ini banyak diwarnai oleh pencalonan artis dan komedian. Salah satu yang menarik perhatian publik adalah pencalonan Marshel Widianto sebagai Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, yang diusung oleh Partai Gerindra. Pencalonan ini menimbulkan berbagai pertanyaan, terutama mengingat Marshel dikenal lebih karena humor daripada pengalaman politik.

Fenomena ini juga terjadi di wilayah Jawa Barat, di mana beberapa calon dengan modal penampilan menarik dan sedikit pengalaman politik dicalonkan. Meskipun kebebasan berpolitik adalah hak setiap individu, pencalonan figur tanpa rekam jejak politik menimbulkan kekhawatiran akan potensi masalah baru.

Dosen Fakultas Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), Muhammad E Fuady, mengomentari hal ini sebagai pengamat komunikasi politik. Menurut Fuady, salah satu alasan pencalonan artis adalah kampanye yang singkat. Partai politik mengandalkan popularitas calon untuk mengenalkan mereka kepada publik dalam waktu yang terbatas.

"Saya setuju bahwa kampanye yang singkat membuat partai memasarkan kandidat yang sudah memiliki basis publik. Jadi lebih mudah dipasarkan," ujar Fuady kepada detikJabar, Selasa (23/7/2024).

Fuady menambahkan, jika calon yang diusung adalah tokoh baru, pendaftaran pasangan calon yang berakhir pada akhir Agustus membuat warga tidak punya banyak waktu untuk mengenali rekam jejak calon tersebut. Partai politik sering mengambil keuntungan dari publisitas dan popularitas kandidat, meskipun itu tidak selalu menjamin kemenangan.

Fuady juga menyoroti bahwa meskipun calon memiliki rekam jejak yang buruk, seperti Marshel yang pernah terjerat kasus konten pornografi, partai tetap tidak malu mengusungnya. Ia menyebut bahwa masalah logistik atau keuangan bisa menjadi faktor lain dalam pencalonan ini. Politik di Indonesia mahal, mulai dari kampanye hingga pemasangan baliho, semuanya membutuhkan biaya besar.

"Artis atau selebgram memiliki popularitas dan logistik yang mendukung kampanye. Namun, politik tidak hanya membutuhkan logistik, tetapi juga kualitas," kata Fuady.

Artis yang dikenal luas memiliki potensi sebagai vote getter karena lingkaran pertemanan mereka yang luas, termasuk dari kalangan artis ternama. Namun, popularitas tidak seharusnya menjadi satu-satunya alasan pencalonan.

Fuady menekankan pentingnya masyarakat untuk cermat dalam memilih pemimpin daerah. Jangan hanya memilih karena penampilan, popularitas, atau janji-janji tidak rasional seperti uang. Masyarakat perlu meneliti rekam jejak calon pemimpin mereka. Jika calon memiliki masalah pribadi atau memberi contoh yang buruk, masyarakat harus berpikir dua kali sebelum memilihnya.

"Publik harus menilai dari rekam jejaknya. Apakah calon tersebut pernah terlibat kasus? Apakah layak diusung? Publik harus mengetahui rekam jejak calon sebelum memutuskan untuk memilih," pesan Fuady.

Related Post