Kekecewaan Terhadap Sistem Zonasi dan Prioritas Penerimaan Siswa

Tahun ini saya ikut serta dalam proses penerimaan siswa baru, namun pengalaman ini meninggalkan kekecewaan mendalam terhadap sistem yang ada. Lingkungan tempat tinggal saya cukup jauh dari sekolah yang menjadi tujuan, dan hal ini membuat peluang untuk diterima menjadi sangat tipis. Meskipun memiliki nilai akademis yang tinggi, kesempatan saya tetap terhalang oleh sistem prioritas yang lebih mengutamakan jarak dekat dengan sekolah.

Yang lebih mengecewakan, jalur PIP/KJP (Program Indonesia Pintar/Kartu Jakarta Pintar) yang seharusnya memberikan kesempatan lebih kepada siswa dari keluarga kurang mampu, ternyata juga memprioritaskan jarak. Hal ini membuat saya merasa sistem yang diterapkan tidak adil dan tidak masuk akal. Seharusnya, pada jalur PIP/KJP, kriteria yang menjadi tolok ukur adalah nilai akademis atau tingkat kemiskinan, bukan jarak rumah ke sekolah.

Saya merasa bahwa sistem yang ada saat ini tidak hanya mengabaikan kerja keras siswa dalam meraih nilai yang tinggi, tetapi juga mengabaikan aspek kemiskinan yang seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam jalur bantuan pendidikan seperti PIP/KJP. Jika nilai akademis bukan menjadi prioritas dalam jalur ini, maka indikator kemiskinan seharusnya diutamakan. Semakin miskin kondisi keluarga, semakin tinggi prioritas yang diberikan kepada siswa tersebut. 

Pendekatan ini akan lebih masuk akal dan lebih adil, serta memberikan kesempatan yang lebih nyata kepada siswa dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sistem penerimaan siswa yang ada saat ini perlu ditinjau ulang agar lebih mencerminkan prinsip keadilan dan memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa, terutama mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang beruntung.

Curhat Lainnya