Kadang suka bingung ya, kenapa sih banyak yang kontra sama statement "yang menolong perempuan hanyalah pendidikan dan karir"? Anehnya, yang banyak nggak setuju malah cewek juga. Biasanya yang ribut soal ini tuh cowok, yang merasa tersaingi kalau ceweknya lebih pintar, lebih berdaya. Tapi kenapa justru ibu-ibu dan mbak-mbak juga ikutan sensi? Capek kerja kah? Atau maunya hidup 100% dinafkahi suami, terus kalau suami udah nggak ada tinggal cari yang baru lagi atau berharap dari warisan?
Tapi ya, kalau warisan nggak di-manage dengan baik, lama-lama juga habis kan? Apalagi kalau cuma ngandelin anak buat nafkahin kita di hari tua, mereka juga punya keluarga sendiri nantinya. Ingat, Allah bantu hamba-Nya yang mau usaha dan terus belajar. Ilmu itu datangnya dari Allah, jadi semakin kita belajar, semakin banyak bekal kita buat hidup.
Kadang aku mikir, cewek-cewek yang menyepelekan wanita karir mungkin mereka nggak punya kesempatan yang sama. Atau bisa jadi karir mereka nggak berkembang seperti yang diinginkan, jadi ya merasa insecure aja. Begitu juga cowok-cowok yang kontra, mungkin mereka pernah terluka atau punya pengalaman nggak enak sama pasangannya yang lebih mandiri.
Padahal ya, nggak semua cewek mau berkarir kalau bukan karena kebutuhan. Mungkin dia harus jadi tulang punggung keluarga, atau ditinggal suami cerai atau meninggal. Kalau berkarirnya dibarengi dengan akhlak yang baik dan tetap menjaga adab, apa salahnya? Toh, itu nggak menyalahi kodrat sebagai perempuan. Yang penting bijak aja, dan tetap sesuai porsinya.
Mungkin inilah kenapa sekarang banyak cewek yang ragu-ragu buat nikah. Mereka takut mimpi-mimpi dan cita-citanya nggak tercapai setelah nikah.